Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2021

Bagaimana? Apakah Iya atau Tidak?

"Jangan bilang terus, katanya-katanya-katanya. Itu sama saja kau tak punya pendirian!!" "Bukan tentang tak pendirian. Namun dengan berkata 'katanya' apalagi dikutip dari orang terkenal - public figure - jauh lebih didengar, bukan? Ketimbang pendapatku sendiri, malah kau cecar dengan gelak tawa dan wajah beringas yang aku tak mengerti apakah wajah itu kesal atau tak percaya atauuu menyepelehkan? Padahal bagaimana pun, yang menjadi pendapatku itu adalah sisa-sisa yang masih kuiingat setelah membaca buku ataupun artike di google ." "Tapi ...." "Tak usah tapi. Bukankah begitu kenyataannya? Ataupun misal pendapatku jauh dari ekspektasimu. Kau akan menggerutu, 'palingan juga nyomot'. Begitu, kan?" "Tidak, bukan begitu maksudku." "Maksudmu memang begitu. Pada hal mengarahmu, sedikit banyak di situ."

Sudahlah

Susah memang kalau sudah begitu. Tetapi bagaimana lagi jika seperti itu. Mungkin ..., dengan mengiyakan, bisa sedikit selesai masalah. Ketimbang a-b-c-d yang berkepanjangan tak sampai menemukan titik. Itu tubuh juga butuh perhatian, selain terlalu mementingkan orang lain.

Ulah

Usahlah macam itu. Baru juga pertama. Untuk apa berbuat ulah. Jika dijatuhi sanksi. Malah marah-marah sendiri. Enggan berkaca diri. Setinggi kemampuanmu. Sebanyak pengalamanmu. Apa artinya bila tak profesional.

Ulas Senyum nan Tulus

Dua mata tak akan mau tahu menahu apapun. Hati pun juga sama enggan untuk itu juga. Diam dan usaha melebarkan senyum dengan tulus lalu melupakan adalah suatu usaha. Pun juga cara untuk mendapatkan apa yang akan didapatkan. Melepaskan apa yang setidaknya kudu dilepaskan.

Apa Karena?

Jika saja tidak, setidaknya katakan saja tidak. Kalau memang iya, mengapa juga enggan tuk mengatakan iya. Apa tampaknya yang menjadikan kelu? Apa karena rasa malu atau tak enak? Padahal aslinya suka membuat hati orang lain tak enak pun malu saja kadang juga tak punya.