Kau itu amatlah pandai soal melukai. Saking pandainya kau lupa tentang bagaimana menyembuhkan. Juga kadang tak mau tahu perihal bagaimana tentang luka yang benar-benar terluka. Selalu abai. Terpentingmu, bahagia dan bebas. Namun, ketika nanti luka-luka itu menyergap seukujur tubuhmu ..., kau ambruk kemudian meracau tentang igau yang tak seharusnya keluar dari panca inderamu. Tersudut kemudian kau di sana. Keluar lolongan-lolongan pesakitan. Orang-orang tak akan dan tak lagi peduli. Mereka hanya mondar-mandir dengan telinga tuli dan buta mata. Tangis menangislah, siapa tahu dengan cara begitu bisa mengurangi duka apalagi dosamu. - Drew Andre A. Martin -