Langsung ke konten utama

Seratus Lima Puluh Tujuh

Di sudut kota bagian utara banyak perenung setelah berkeliaran perundung usai cipta pasar operasi seratus enam puluh delapan jam. Tangan-tangan perenung menengadah membawa sesembahan doa. Air mata sebagai penebusannya. Hati lapang yang tinggalkan keranda merupakan pendobrak hati sang diaNya. Tak tahu batas waktu seakan tak mau tahu. Baginya-lah, semuanya harus terbayar tuntas setuntas-tuntasnya. Minimal, timbul senyum embun pagi; hati merekah-rekah bunuh reka; kaki tangan ringan; altileri dan vena turun debat pada jantung; kepala teduh segar desak karbon dioksida selain karbon monoksida.

Mata mengenyit dagu menegang. Tawa terlepas usir angin pada sesak di paru tubuh. Lima puluh tujuh perundung di kota bagian selatan membuat pesta atas sembilan puluh delapan perenung di kota bagian utara. Di punggung meja tersemat puja puji doa penghalang perenung; seliter darah babi untuk suguh pada roh dedemit tubuh kekar dengan satu juta lima ratus empat puluh sembilan ribu dua ratus empat puluh tujuh, antek-anteknya; dua puluh tujuh batang lilin; seember kembang dengan satu senti darah merah juga biru di masing-masing perundung. Khidmat mereka merituali tubuh yang kian lama kian tak berdaya. Satu per satu saling menertawai, sebab satu per satu tergelatak hilang daya napas pergi tinggal rag. Satu per satu kemudian jadi gundik dan jongos antek dan tuan penikmat darah babi. Satu per satu perundung pulang napas, satu per satu perundung membawa satu per satu sembilan puluh delapan perenung ke dataran neraka yang jauh dari surga dan tak akan sampai pada surga. Satu - Satu akhirnya. 

Seratus lima puluh tujuh akhirnya saling kembali jumpa akhirnya di dataran neraka. Salah seorang menggumun soal lebih yang dua. Masing-masing ketua berbicara: itu satu adalah lawanmu yang kuundang melalui darah babi - itu satu bagian doa-doa kami atas luka batin yang kami terima, atas air mata dan hati lapang sebagai imbal balas jasanya. Dua kubu saling beradu. Tak ada yang menang, tak ada yang kalah. Semuanya tentu membuat riuh dataran neraka sampai algojo-algojo penguasa neraka menghentikan siksa bagi penghuni-penghuni neraka sampai dua puluh lima menit sembilan detik. Derap kaki dengan cemeti seukuran tinggi dua puluh delapan kaki menyabet sembilan puluh delapan perenung dan lima puluh tujuh perundung sampai terpontang-panting tiga ratus sepuluh kaki yang akhirnya tercelup di samudra didih air. Seratus lima puluh lima saling berteriak juga saling meneriak di samudra api didih campur nanah dan lelehan kulit belalulang pula pasang bibir membiru dan jantung yang tak pernah hancur dimakam didih api samudra gigi lidah lambung neraka.

- Drew Andre A. Martin -

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Candi Singasari dan Candi Sumberawan

Memang bukan kali pertamanya ke Singasari, Malang, Jawa Timur. Mungkin kali ketiganya, di tanggal 11 Januari 2024, merupakan kali keempatnya. Namun, sebelumnya pernah berkunjung ke Arca Dwarapala Kembar, Pemandian Ken Dedes (Petirtaan Watu Gede), dan Candi Sumberawan, tetapi tak sempat berkunjung ke Candi Singasari sebab terhalang oleh waktu setiap kali berkunjung ke Singasari Malang.  Hingga pada akhirnya, penantian yang sangat lama untuk berkunjung ke Candi Singasari terlaksana pada tanggal 11 Januari 2024. Tidak hanya bahagia saja yang ada, melainkan juga rasa yang berkecamuk yang tak keruan karena pada akhirnya akan dan segera menginjakkan kaki dan melihat Candi Singasari. Tepat di tanggal 11 Januari 2024, saya pun langsung ke stasiun pemberangkatan menuju ke stasiun tujuan. Pada jam 07.00 WIB sampailah di tujuan Stasiun Singasari. Karena jam buka candi di Google jam 08.00 WIB, saya pun menunggu di dalam stasiun sembari mencharge handphone. Jam kemudian menujukkan pukul 08.00 W...

Untukmu Nona Belia

Untukmu nona yang masih belia, tak tahu soal banyak kehidupan, berlagak banyak tahu tentang banyak hal. Padahal ada sesuatu yang tak kau ketahui banyak indukmu. Gayamu seperti penengah, tapi kau bukan apa-apa. Lagakmu layaknya preman, petetang-peteteng, siapa yang tak sopan—menurutmu—kau pelototi dengan keempat matamu yang sebetulnya lemah dalam segala hal. Tingkahmu bagaikan super star, merasa kau segala-galanya, siapa yang butuh datang kemari, jika tak butuh buat apa juga melihat apalagi menyapa, menurutmu, kau dibutuhkan oleh mereka-mereka, padahal mereka-mereka itu menjadikanmu sebagai penggenap saja, macamlah sekadar butuh untuk sementara waktu. Gayamu paling tahu tapi tak banyak tahu, suka ngatur tapi enggan diatur, senang menyuruh tetapi tidak mau disuruh, ingin dihormati dan dihargai namun tak bisa. Untukmu nona yang masih belia. Kau tak tahu begitu banyak hal. Namun gayamu seakan tahu banyak hal. Kau pun suka mendengar secara diam-diam, tetapi enggan didengarkan ketika kau ber...

Virama Dvasasa

JUDUL BUKU: Virama Dvasasa PENULIS: Drew Andre A. Martin NO. ISBN: 978-623-421-441-3 PENERBIT: Guepedia HARGA: Rp 70.000 TAHUN TERBIT: Desember  2023 JENIS BUKU: Buku Cerpen, Fiksi KONDISI BUKU: Buku Baru / Buku Original Asli, Langsung dari Penerbitnya Sinopsis : Virama Dvasasa, diartikan oleh penulis sebagai irama dua belas yang mewakili jumlah dua belas judul di dalam buku antologi cerpen ini. Sedangkan Virama yang berarti irama, merupakan bagian daripada alur dan plot di dalamnya yang tentulah tidak mulus dihadapi oleh setiap tokoh di dalamnya. Baik hambatan, konflik, penyelesaian, jalan keluar yang kadang tidak sesuai dengan espektasi yang diharapkan maupun diinginkan oleh tokoh-tokoh di sana: Leo, Briallan, Manduru, Sarita, Respati, Maria, Ronn, Sinem dan tokoh lainnya. Di sana mereka menciptakan alur irama kehidupan mereka sendiri dan mau tak mau, mereka juga harus bertanggung jawab atas penciptaan iramanya sendiri. Sekalipun mereka tahu atau tidak tahu segala risiko di belak...