Tiaplah mendengar suatu komunitas literasi yang amatlah besar itu. Teringat, tentang seorang laki-laki penyair yang berucap tak mengerti soal-menyoal cerita pendek kemudian menjadi penentu dan ikut serta dalam hal-hal cerita pendek. Pun ingat dengan seorang perempuan literasi, meminta saya untuk meminta maaf melalui si laki-laki penyair itu, sedangkan saya tidak ada masalah dengan perempuan itu, justru sebaliknya. Mungkin ini bagian dari sekelumit kehidupan di muka bumi ini. Mereka yang tak mengerti apa-apa, kemudian ikut campur pada ketidaktahuannya dengan seraya memekikkan di dalam hatinya seraya mayakinkan, bahwa dirinya layak sebentar sebelum kembali pada ketidaklayakannya. Dan mereka yang menghunuskan mata pisau secara diam-diam nan elok di inti jantung hati, lalu membasuh kedua tangannya, seraya mengatur mimik wajah tentang apa yang tidak dirasakannya, haruslah ada, agarlah terkesan dia yang tertusuk ilusi mata pisau orang lain. Sepasang pemilik mata bisanya hanya mene...