Tiaplah mendengar suatu komunitas literasi yang amatlah besar itu. Teringat, tentang seorang laki-laki penyair yang berucap tak mengerti soal-menyoal cerita pendek kemudian menjadi penentu dan ikut serta dalam hal-hal cerita pendek. Pun ingat dengan seorang perempuan literasi, meminta saya untuk meminta maaf melalui si laki-laki penyair itu, sedangkan saya tidak ada masalah dengan perempuan itu, justru sebaliknya.
Mungkin ini bagian dari sekelumit kehidupan di muka bumi ini.
Mereka yang tak mengerti apa-apa, kemudian ikut campur pada ketidaktahuannya dengan seraya memekikkan di dalam hatinya seraya mayakinkan, bahwa dirinya layak sebentar sebelum kembali pada ketidaklayakannya. Dan mereka yang menghunuskan mata pisau secara diam-diam nan elok di inti jantung hati, lalu membasuh kedua tangannya, seraya mengatur mimik wajah tentang apa yang tidak dirasakannya, haruslah ada, agarlah terkesan dia yang tertusuk ilusi mata pisau orang lain.
Sepasang pemilik mata bisanya hanya menerka-nerka sembari menganalisa soal mimik aksara dan denyut rima pun detak bait juga paragraf. Sekiranya meyakinkan, maka sepasang pemilik mata akan meyakini. Bagaimana lagi, di muka bumi ini, yang tampak terlihat sangat terpercaya, maka itu yang dipercayai, tetapi itu menurut sudut pandang sang pemilik mata satu dengan pemilik mata lainnya, tentu tidak sama, jelas pasti beda-berbeda.
- Drew Andre A. Martin -
Komentar
Posting Komentar