Langsung ke konten utama

Postingan

Candi Gayatri Boyolangu dan Candi Sangrahan

Sepagi itu, sebelum surya terbit di ufuk timur. Lalu lalang orang-orang belumlah cukup banyak di jalan utama. Stasiun pun juga tak seramai pada kelihatannya. Namun, ketika langkah kaki sampai di depan pintu masuk stasiun, tampak banyak orang-orang duduk menanti kedatangan kereta pagi, 19 April 2025. Berbagai wajah di pagi itu, tak seperti wajah-wajah di tiap siang dan malamnya. Wajah-wajah yang sumringah, siap hadapi hari itu dengan penuh yakin. Wajah sumringah dengan hati yang tak karuan, bingung apakah mampu ciptakan cerita baik di hari itu. Wajah datar dengan hati yang tak mantap dan isi kepala yang tak tahu ke mana arah tujunya, akibat mungkin baru terjaga dan terbangun dari lelah dan hiruk pikuk jalani hari kemarin yang melelahkan. Semuanya duduk dan juga berdiri dengan bawa kesiapan masing-masing pada tiap tas dan saku di bajunya, di bangku panjang dengan tenang. Ada pula yang berbisik sebab tak ingin ganggu kekhidmatan antar sesama pada pagi, menanti kereta pagi yang siap membaw...
Postingan terbaru

Pun

Bila pun sendiri adalah cara terbaik. Maka tak juga mengapa. Kalaupun senyum adalah cara akhir dari satu-satunya. Olehnya kan kulakukan. Andai pun berhenti adalah bagian penyelesaian. Karenanya kudiam sebelum lalu kembali bergerak.  - Drew Andre A. Martin -

Rintik Berbisik

Rintik Berbisik Jilid 1 Buku Kumpulan Cerita Dalam Program: GERIMIS (Gerakan Rutin Menulis 30 Hari) SESEMBER 2024 Bersama penulis-penulis lainnya yang mengikuti event GERIMIS DESEMBER 2024. Pemesanan: Shopee dan Website ELLUNAR PUBLISHER Sertifikat Keikutsertaan  Dalam Program GERIMIS DESEMBER 2024

Berbahagialah

Berbahagialah dengan apa yang kau lakukan, terlebih itu menurutmu baik bagimu, dengan tak mengindahkan tentang apa yang baik belum tentulah baik dan apa yang buruk belum tentulah buruk. Teruskanlah kebahagiaanmu itu. Kalau perlu sampai batas limitnya.  Berbuatlah sesuka hatimu. Menari-narilah di atas penderitaan orang dengan kebahagiaanmu yang menciptakan banyak drama dan logika-logika yang hanya memenangkanmu sendiri. Setidaknya, kau bahagia di waktu yang kau mau. Membuat hatimu berbunga-bunga dengan caramu. Meskipun caramu itu tidaklah baik menurut orang dan baik menurutmu. Teruskan, teruskan bahagiamu. Setidaknya kau menikmatinya di hari ini, sebelum waktu berganti pada chapter yang lalu menjatuhkanmu hingga membuatmu menciptakan drama besar yang lalu sepi penontonnya, akibat mereka tahu tentang siapa kau sebenarnya. Pemain drama hebat, dengan menjatuhkan lawan dengan cara karang-mengarang cerita bahwa kau adalah korbanya—padahal kau pelaku sebenarnya— bukan hebat dengan kualita...

Entah Bagaimana.

Sepertinya, dia yang telah lama tak berkabar sepuluh tahun dan kembali berjumpa pada satu tahun, masih saja seperti dulu kala. Kaki tangan mereka, masih juga sama; cara ucap dan gerak tubuh kepada sedarahnya dan mendiang, juga masih sama—pada akhirnya. Terlebih dia yang tak pernah berubah. Itu jelas amatlah tampak pada akhir-akhirnya. Nyatanya, benar wasiat sang mendiang, agar tak perlu berkabar padanya di detik terakhirnya. Terbukti betul akhirnya. Dia yang lama tak berjumpa, tampaknya hanya sekedar formalitas. Tampak oleh tingkah gerak geriknya yang tak kerasan menunggu di kursi kayu ditemani gemercik air hujan dan gemeringsing angin saat menuju tengah malam ke pagi hari. Hatinya berantakan, ingin segera pulang. Tak sebagaimana pada keseharusannya. Jika memang, masih ada luka, mengapa harus berpura-pura? Mengapa tak juga bertanya sejak awal? Jurus ampuhnya, kenapa dibuang? Pertanyaanya, siapa juga yang membuang? Padahal, dia tahu bagaimana awal ceritanya. Lucunya, tiaplah banyak pert...

Tak Ada

Tak ada lagi yang dapat membasuh duka ini, setelah kau pergi untuk selama-lamanya. Meninggalkan rumah, tubuh, waktu, dan detak jam yang setia di ruang tamu kita. Tak ada kenang-kenangan tentangmu yang dapat ditangkap oleh indera penglihatan, sejak kepergianmu. Taruh kisah lalu yang tiap-tiap adegan peristiwanya selalu terputar di penghujung kemarau dan awal penghujan. - Drew Andre A. Martin -