Berbahagialah dengan apa yang kau lakukan, terlebih itu menurutmu baik bagimu, dengan tak mengindahkan tentang apa yang baik belum tentulah baik dan apa yang buruk belum tentulah buruk. Teruskanlah kebahagiaanmu itu. Kalau perlu sampai batas limitnya.
Berbuatlah sesuka hatimu. Menari-narilah di atas penderitaan orang dengan kebahagiaanmu yang menciptakan banyak drama dan logika-logika yang hanya memenangkanmu sendiri. Setidaknya, kau bahagia di waktu yang kau mau. Membuat hatimu berbunga-bunga dengan caramu. Meskipun caramu itu tidaklah baik menurut orang dan baik menurutmu. Teruskan, teruskan bahagiamu. Setidaknya kau menikmatinya di hari ini, sebelum waktu berganti pada chapter yang lalu menjatuhkanmu hingga membuatmu menciptakan drama besar yang lalu sepi penontonnya, akibat mereka tahu tentang siapa kau sebenarnya. Pemain drama hebat, dengan menjatuhkan lawan dengan cara karang-mengarang cerita bahwa kau adalah korbanya—padahal kau pelaku sebenarnya— bukan hebat dengan kualitas diri.
Teruslah berbahagia dengan segala emas berlian yang kau punya. Kau bawa petetang-peteteng ke mana-mana. Teruskan bahagiamu. Sebelum emas dan berlianmu pergi meninggalkanmu untuk selama-lamanya. Sebelum emas dan berlian yang kau gadang-gadang punya waktu dan tempat sendiri, tak lagi simpan harga pada dirimu yang nanti-nanti tak siapa pun menahu tentang bagaimana nanti setelah kini. Sebelum kau telah menjadi sendiri. Ditinggalkan anak-anak yang kau gadang kebaikannya. Sesuai dengan ucapmu, bahwa anak laki-laki tak berhak mencukupi kehidupan orang tuanya setelah dia menikah dan anak perempuan pasti akan mengikuti laki-lakinya, mengabdi kepada laki-lakinya, bukan pada orang tuanya. Begitulah teori yang kerap kau ucapkan, kai suarakan, kau lantangkan dengan suara keras. Tampaknya, teori-teori itu hanya untuk keuntungamu sendiri saat ini. Sebab kau masih muda menurutmu. Apalagi anak-akanmu masih kecil nan belia. Belumlah mereka besar dan siap menikah. Entah, bagaimana teorimu nanti ketika anak-anakmu sudah menikah. Dan kuyakin, teori semula yang mau lantangkan, akan kau bisukan dengan berkata, itu zaman dulu. Berbeda dengan zaman sekarang. Mungkin, bisa-bisa kau mengutuk anak-anak yang memiliki laku sebagaimana di teori awalmu. Apalagi, kau sang pencipta drama untuk kebahagiaanmu sendiri, dengan mengesampingkan keadaan orang lain, kebutuhan orang lain.
Pentinglah bagimu, menyelamatkan, membahagiakan dirimu dengan tidak mempedulikan keselamatan, kebahagian orang lain. Dan orang-orang yang baru mengenal kau, menganggap kau baik, lebih-lebih mereka hanya menggunakanmu untuk kepentingan mereka, dengan apa yang kau punya, terkadang mereka yang begitu, jugalah pemain drama layaknya dirimu. Berbeda dengan orang yang mengenalmu dengan baik. Mereka tahu siapa kau, membiarkan dirimu terus begitu, sebab jika pun diberitahu tidak akan didengar dan akan menganggap mereka sok tahu, tidak peduli denganmu, dan melukaimu, padahal mereka tak melukaimu, hanya peduli. Oleh karenamya, mereka yang tahu, tak mau buang-buang waktu bagi ketenangan dirinya, rusak karenamu. Jika pun kau jatuh, mereka yang paham betul tentangmu, akan membantu sesuai dengan kemampuan mereka, sebagai kewajiban manusia terhadap manusia. Bukan seperti orang yang baik, yang seperti kau kira. Kewajiban mereka membantu, karena apa yang kau punya dan kau banggakan. Terlebih, kau yang terlalu dan sangat suka memanjakan mereka dengan apa yang kau punya dan kau banggakan. Mengenai apa yang mau punya dan mau banggakan, keraplah kau anggap kekal nan abadi. Meskipun agaknya kau tahu, tiada yang kekal dan abadi selain ruh.
- Drew Andre A. Martin -
Komentar
Posting Komentar